Mengakhiri tahun 2018, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar upacara wisuda periode II tahun akademik 2018/2019. Upacara wisuda merupakan satu titik untuk mengakhiri kegiatan akademik di kampus, sekaligus titik awal bagi alumni untuk mulai mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara.
Jumlah wisudawan yang mengikuti upacara tersebut berjumlah 1379. Kemudian untuk jumlah wisuda yang meraih predikat cumlaude berjumlah 238 wisudawan. Dari angka tersebut, terbanyak diraih oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dengan jumlah 84 wisudawan.
Wakil Rektor I, Dr. Muhammad Da’i, M.Si, Apt mengungkapkan bahwa upacara wisuda merupakan suatu penganugerahan gelar akademik bagi mahasiswa UMS.
“Wisuda ini dilakukan untuk penganugerahan gelar akademik bagi para lulusan program Diploma 3, Program Sarjana Strata 1, dan Program Pascasarjana S2,” ungkapnya.
Upacara wisuda tersebut berlangsung di GOR Kampus 2 UMS, Sabtu (15/12/2018). Terdapat perbedaan dalam upacara wisuda di periode ini. Sebelumnya, apabila jumlah peserta wisuda melebihi angka 1000, maka akan dilakukan upacara wisuda selama 2 hari. Namun, pada periode ini hanya dilakukan selama 1 hari.
Selanjutnya, dalam upacara wisuda di periode ini Rektor UMS, Dr. Sofyan Anif, M.Si menjelaskan mengenai perencanaan pembangunan edutorium yang akan dibangun di lapangan Edupark UMS.
“Insyaallah kita sudah mempersiapkan satu Gedung yang cukup representatif. Gedung tersebut akan mulai kita bangun Januari 2019, yang akan kita siapkan untuk pelaksanaan muktamar Muhammadiyah tahun 2020,” jelasnya.
Rektor UMS juga mengungkapkan bahwa kapasitas Gedung tersebut cukup luas. Selain itu, bangunan tersebut menggunakan desain modern.
“Kapasitas Gedung cukup luas, sekitar 8000 orang. Sehingga dapat digunakan pula untuk wisuda. Gedungnya juga kita bangun dengan modern, tidak memakai tangga, namun menggunakan lift dan eskalator, 3 lantai, ungkapnya.
Selain itu, di dalam Edutorium tersebut akan ada ruang olahraga. Bahkan yang paling membanggakan dan telah direstui oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di Gedung itu akan dibuat Museum Peradaban Islam Asia Tenggara. Sehingga setelah muktamar nanti, gedung itu masih bisa dikunjungi oleh masyarakat dari seluruh dunia. (Khairul)